Makna Simbolik Tari Maloka Saraga dari Sanggar Padma Baswara Kabupaten Demak

Authors

DOI:

https://doi.org/10.70078/arted.v1i2.72

Keywords:

Makna Simbolik, Tari Maloka Saraga, Budaya Lokal

Abstract

Tari Maloka Saraga karya Sanggar Padma Baswara, Kabupaten Demak, merupakan salah satu tari kreasi yang merepresentasikan simbolisme kehidupan masyarakat melalui elemen pertunjukannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna simbolik yang terkandung dalam Tari Maloka Saraga dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan semiotik Charles Sanders Peirce. Data diperoleh melalui observasi non-partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi, kemudian dianalisis untuk menemukan relasi antara representamen, objek, dan interpretant dalam unsur-unsur pertunjukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penari, gerak, musik, rias, kostum, dan properti memiliki makna denotatif dan konotatif yang mencerminkan dualitas kehidupan, seperti baik dan buruk, keterikatan dan kebebasan, serta fisik dan spiritual. Temuan ini menunjukkan bahwa Tari Maloka Saraga menyampaikan narasi filosofis yang mendalam tentang perjuangan dan harmoni hidup, sekaligus memperkuat kajian simbolisme dalam seni pertunjukan. Penelitian ini menjadi kontribusi penting dalam dokumentasi budaya lokal serta menginspirasi pelestarian seni tari berbasis makna.

Symbolic Meaning of Maloka Saraga Dance from Sanggar Padma Baswara Demak Regency

The Maloka Saraga Dance by Sanggar Padma Baswara, Demak Regency, is a creative dance that represents the symbolism of community life through its performance elements. This study aims to reveal the symbolic meanings contained in the Maloka Saraga Dance using a qualitative method and Charles Sanders Peirce’s semiotic approach. Data were obtained through non-participatory observation, in-depth interviews, and documentation, and were analyzed to identify the relationships among the representamen, objects, and interpretants in the performance elements. The results show that the dancers, movements, music, makeup, costumes, and properties carry both denotative and connotative meanings that reflect the duality of life—such as good and evil, attachment and freedom, as well as physical and spiritual dimensions. These findings indicate that the Maloka Saraga Dance conveys a profound philosophical narrative about struggle and harmony in life, while also enriching the study of symbolism in performing arts. This research makes a significant contribution to the documentation of local culture and inspires the preservation of meaning-based dance art.

Keywords: Simbolic Meaning, Maloka Saraga Dance, Local Culture

Downloads

Download data is not yet available.

References

Geertz, C. (1973). The interpretation of cultures: Selected essays. New York, NY: Basic Books.

Herusatoto, B. (2003). Simbolisme dalam budaya Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Heswati, V. A. (2021). Makna simbolik Tari Reyog Kendhang di Desa Gendingan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung: Kajian folklor. Nuevos Sistemas de Comunicación e Información, 2013–2015.

Juniawati, N. K. W., Budhyani, D. A. M., & Sudiartha, I. G. (2018). Tata rias Tari Rejang Keraman Desa Kedis Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng. Jurnal BOSAPARIS: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, 9(2), 109–119. https://doi.org/10.23887/jjpk.v9i2.22132

Kusumastuti, E. K., -, I., & Widjajantie, K. (2020). Pola interaksi simbolik dan pewarisan kesenian Jaran Kepang Semarangan berbasis Agil di era disrupsi. Mudra Jurnal Seni Budaya, 35(3), 337–343. https://doi.org/10.31091/mudra.v35i3.883

Kusumastuti, E. (2005). Makna simbolik filosofis dalam pelembagaan Tari Bedhaya Bedhah Madiun di Keraton Yogyakarta. Semarang: FBS UNNES.

Kusumastuti, E. (2006). Ekspresi estetis dan makna kesenian laesan. Harmonia: Jurnal Seni Musik, 1, 12–19. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/viewFile/666/613

Kusumastuti, E. (2020). Pola berkesenian Jaran Kepang Paguyuban Setyo Langen Budi Utomo. Varia Humanika, 1(2), 44–51.

Moleong, L. J. (2016). Metodologi penelitian kualitatif (Edisi revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sedyawati, E. (2012). Tari dan budaya masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Soedarsono. (1972). Jawa dan Bali: Dua pusat pengembangan drama tari tradisional di Indonesia. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.

Soedarsono. (1999). Seni pertunjukan Indonesia di era globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudarma, I. M. (2017). Makna simbolik Tari Rejang di Bali: Suatu kajian antropologi simbolik. Jurnal Kajian Budaya, 12(1), 45–56. https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/socialstudies/article/download/3973/2639/14495

Suryandari, R. (2020). Kajian semiotik pada Tari Topeng Malangan. Jurnal Seni Pertunjukan Indonesia, 8(2), 112–123. https://www.researchgate.net/publication/323479394_Semiotika_Rupa_Topeng_Malangan_Studi_Kasus_Dusun_Kedungmonggo_Kec_Pakisaji_Kabupaten_Malang

Sumarni, N. S. (2001). Warna, garis, dan bentuk ragam hias dalam tata rias dan tata busana Wayang Wong Sriwedari Surakarta sebagai sarana ekspresi. Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 2(3). https://doi.org/10.15294/harmonia.v2i3.860

Tjiptadi, B. (1984). Tata bahasa Indonesia. Jakarta: Yudhistira.

Downloads

Published

2025-06-30

How to Cite

Affriani, L., & Kusumastuti, E. (2025). Makna Simbolik Tari Maloka Saraga dari Sanggar Padma Baswara Kabupaten Demak. ARTED: Jurnal Ilmiah Seni Dan Pendidikan Seni, 1(2), 78–89. https://doi.org/10.70078/arted.v1i2.72